Aku duduk di depan ruangan 108 menunggu temanku yang masih ada kegiatan. Bosan tak menentu sudah merasuki jiwa. Walaupun ada beberapa kakak kelas yang sedang bermain bola pingpong, tapi itu tak membuat rasa bosan ini hilang begitu saja. Dua teman yang sedang duduk disampingku juga melakukan hal yang sama. Menunggu dan .... BOSAN.
Kukunyah terus permen karetku hingga tak ada lagi rasanya. Kubuat seperti balon permen itu hingga pecah, dan memasukkan kembali ke dalam mulut dan mengulangnya lagi dan lagi. Ku melihat orang orang disekitar. Mengobrol, bermain laptop, bermain pingpong, menonton pingpong. Pandanganku terhenti pada sosok manusia yang sedang duduk di bawah pohon dekat aula. Jaket coklat yang melekat pada tubuhnya dipadukan dengan celana pramuka juga sepatu kets all star dengan warna blue navy. Kumis tipis di wajahnya menjadikan wajah itu begitu .... perfect.
Aku tidak lagi memikirkan rasa bosanku, dan membuatnya pergi meninggalkanku. Aku sibuk memerhatikan cowok itu. Hingga perkataan temanku mebuatku harus memalingkan pandanganku darinya, "Sha, jalan-jalan yokk. Bosen nih." Ternyata rasabosanku telah berpindah tempat. Sebelum aku mengiyakan ajakan temanku itu, aku mencari sosok yang berhasil menghilangkan rasa bosanku itu. Kemana dia?? Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut dari sekolah ini. Itu dia, sedang berbincang dengan temannya. Lalu aku dan temanku itu pergi jalan-jalan keliling sekolah.
Bosan menyerangku lagi saat kami mengelilingi sekolah. Akupun mengajak temanku kembali ke tempat semula. Sesampainya disana, aku melihat sosok itu lagi, sedang menonton temannya yang sedang asyik bermain pingpong. Aku melihatnya terus, sampai akhirnya pandangan kami bertemu dan aku segera melepaskan pandanganku dari pandangannya. Rasa senang yang tak tertahankan didalam hatiku, mereka memaksa untuk keluar tetapi tidak bisa. Aku merasakan akn terbang jika tidak dipegangi. Tapi aku berusaha tetap tenang agar perasaanku ini tidak diketahui oleh cowo itu.
Rasha. Nama cowo itu adalah Rasha. Setelah stalking tentang dia, aku tahu nama dan kelasnya. Rasha anak 12 IPA 6. Sibuk stalking dan juga mengunyah permen karet, aku tidak tahu kalau Rasha sudah berdiri di DEPANKUUU!! Mematung. Itulah reaksiku pertama kali saat dia berdiri di depanku. Aku berharap tidak melakukan apa-apa yang akan mempermalukan diriku. Uluran tangan terdiam dihadapanku, tangan yang berasal dari badan seseorang yang bernama Rasha. "Ikut aku sebentar, yokk" kalimat ajakan yang terlontar dari bibirnya tidak bisa membuatku mencari alasan untuk menolaknya. Ku taruh tanganku di atas tangannya, berdiri, dan mengikuti setiap langkahnya.
Langkahku yang tidak mulus membuat perjalanan kami menjadi lama. Sepertinya dia pun merasakan ketidakmulusan langkahku, dan membuatnya bertanya "Kakimu masih belum sembuh juga?" Aku menggeleng perlahan. Kecelakaan hari Rabu kemaren membuatkua harus menyeret kaki kananku ketika berjalan